Aku tak tahu kenapa aku ingin bertemu lagi hari ini. Mungkin aku hanya sekedar ingin melepas rindu. Maklum kami sudah cukup lama tak bertemu. Dua bulan. Dan itu bukan waktu yang singkat untuk merindu.
Tapi sampai sekarang aku tak pernah yakin kalau dia menyimpan rindu yang sama. Karena dulu dia lebih sibuk dengan perasaannya daripada menggubris perasaanku.
Di dalam kamar sempit ini, aku menulis. Menulis apa yang terjadi belakangan ini. Juga pertemuan ini.
menulis catatan.
Beberapa hari yang lalu dia datang kembali. Kembali dari masa lalu. Dari sesuatu yang kusebut kenangan. Kenangan yang kubingkai dan sengaja kubiarkan berdebu. Kedatangannya seperti sebuah pelukan dari belakang. Membuatku sesak. Dan juga terkejut.
Dulu dia tak sengaja pergi. Meninggalkanku dengan banyak pesan. Dan sesekali memberi kabar.
Dia lebih memilih kesibukannya waktu itu. Aku tak tahu diriku apa, hanya menatapnya sambil membawa sebuah cinta. Sementara di depanku dia berusaha mengais sesuatu yang tak pernah kumengerti.
Mungkin sekarang dia lelah. Lelah dari mengejar rahasianya.
Ah sudahlah, aku terlalu berprasangka. Mungkin Tuhan lebih tahu, dan aku berharap Tuhan segera memberi jawaban.
menutup catatan.
Lalu kamipun berpisah. Berpisah setelah kembali bertemu. Pertemuan yang singkat. Sama seperti senja yang merupakan pertemuan singkat malam dan siang. Dan takdir apalagi yang akan terjadi pada kami berdua. Entahlah, aku tak suka menebak-nebak. Itu hanya membuatku berharap banyak.
Tapi sampai sekarang aku tak pernah yakin kalau dia menyimpan rindu yang sama. Karena dulu dia lebih sibuk dengan perasaannya daripada menggubris perasaanku.
Di dalam kamar sempit ini, aku menulis. Menulis apa yang terjadi belakangan ini. Juga pertemuan ini.
menulis catatan.
Beberapa hari yang lalu dia datang kembali. Kembali dari masa lalu. Dari sesuatu yang kusebut kenangan. Kenangan yang kubingkai dan sengaja kubiarkan berdebu. Kedatangannya seperti sebuah pelukan dari belakang. Membuatku sesak. Dan juga terkejut.
Dulu dia tak sengaja pergi. Meninggalkanku dengan banyak pesan. Dan sesekali memberi kabar.
Dia lebih memilih kesibukannya waktu itu. Aku tak tahu diriku apa, hanya menatapnya sambil membawa sebuah cinta. Sementara di depanku dia berusaha mengais sesuatu yang tak pernah kumengerti.
Mungkin sekarang dia lelah. Lelah dari mengejar rahasianya.
Ah sudahlah, aku terlalu berprasangka. Mungkin Tuhan lebih tahu, dan aku berharap Tuhan segera memberi jawaban.
menutup catatan.
Lalu kamipun berpisah. Berpisah setelah kembali bertemu. Pertemuan yang singkat. Sama seperti senja yang merupakan pertemuan singkat malam dan siang. Dan takdir apalagi yang akan terjadi pada kami berdua. Entahlah, aku tak suka menebak-nebak. Itu hanya membuatku berharap banyak.
Emoticon